Kamis, 30 Desember 2010
winter story
Actually, it’s like winter’s holiday. Aku hanya habiskan liburanku dengan mendekam diri di rumah dengan sisa cadangan makanan yang ada. Di luar cuaca buruk. Salju turun menyelimuti rumahku selama berhari-hari. Semua orang yang keluar rumah mengenakan mantel. Yeah, anggap saja debu-debu vulkanik itu sebagai saljunya, dan masker pelindung hidung itu sebagai mantel. Beberapa kilometer di sana ada sebuah gunung. Terbatuk-batuk dan mengeluarkan abu vulkanik. Ingin rasanya aku memeluknya dan mengatakan “believe me when I said, It’s gonna be okay’. Gunung itu mengingatkanku akan bau tanah basah enam bulan lalu, arah anginnya, hembusan udara, hati penghuninya, keadaan kota, suasanya, yah suasananya terlalu hafal aku akan semua enam bulan lalu itu. Alunan nada, melodi, harmoni yang terlalu kekal untuk bisa dilupakan begitu saja. Enam bulan ini masa-masa pertamaku menjadi anak SMA. Aku tak di kota ini lagi menuntut ilmu. Yah, aku tinggalkan semua cerita di sini, berusaha melupakannya. Mengganti semuanya dengan cerita-cerita baru. Banyak hal-hal baru yang aku temui, dan cerita-cerita indah yang menggantikan cerita lamaku itu. Aku merasa berhasil lupakan cerita lama itu dengan ganti cerita yang indah dan begitu banyak yang kudapatkan di lingkungann baruku. Teman-teman yang hebat, asramaku yang tenang, sekolahku yang besar. Ketika aku kembali ke kota ini. Ah, ingat lagi aku akan semua sebelum enam bulan semester pertama di SMA itu. Tapi ya sudahlah kenangan hanya kenangan. Tuhan, hidup ini begitu indah. Terima kasih atas semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)